Loading...
Jumat, 29 September 2017

Indah Bordir Busana Muslim


Setengah jam menjelang Jumatan, istri sudah menyediakan pakaian muslim. Sekenanya saya mengenakan pakaian tersebut dan pergi ke mesjid. Namun, sepulangnya dari mesjid baru sadar, nyatanya pakaian yang dikenakana adalah indah bordir busana muslim.

Bergegas saya pinjam gadget istri dan memotret pakaian yang belum saya tanggalkan tersebut. Kebayang? Benar, foto itu akan digunakan untuk imej pelengkap tulisan saya di blog. Kali ini, saya menulis tentang indah bordir busana muslim.

Kalau diperhatikan aneka busana bordir di Tasikmalaya banyak macam dan coraknya, serta banyak pengusaha yang memproduksinya. Hanya saja, keterbatasan modal dan akses pasar masih menjadi kendala bagi UKM bordir Kota Tasikmalaya. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan dan tuntutan pasar, nampaknya sentuhan design bagi produk bordir dimasa yang akan datang perlu terus dikembangkan, mengingat masih ada segmen pasar, khususnya kelas menengah atas yang belum digarap secara optimal, sehingga para perajin lebih banyak bersaing dan memperebutkan pasar kelas bawah.

Bagi para pengusaha bordir yaitu Yadin Rusmin, pengusaha bordir "Raisa Collection" di Kampung Lewosari Kelurahan Bantarsari Kec. Bungursari, Yusup MHG pengusaha bordir "RAAI Collection" asal Leuwianyar Cipedes, dan H Dedi Warso S Sos pengusaha bordir "Ghesa Colection" asal Kampung Babakankupa, Desa Karangmekar, Kec. Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, pengaruh dari pengusaha asal China sudah mulai terasa.

Sementara itu, pengusaha bordir “Sollu Citra Muslim”, milik H Deden Hoerul Basjhor, DHB mengungkapkan, saat ini kendala yang dihadapi perusahaannya yaitu modal makin besar, sedangkan keuntungan semakin tipis, karena persaingan yang semakin berat.

Untuk meningkatkan kualitas bordir, para pengusaha sudah saatnya untuk melakukan kolaborasi. Seperti diungkapkan Direktur Program Bandung Kreatif City Forum (BCCF), Tubagus Fiki Satari, kalau berbicara bordir sudah tentu ada hubungannya dengan aplikasi, seperti halnya sablon kaos. Bordir sementara ini juga dipakai untuk jaket, dll, dan teman-temannya di Bandung sudah banyak menggunakan atau mempunyai mesin-mesin bordir yang aplikasinya digunakan untuk produk-produk siap pakai, atau street wear buat sektor distro.

"Tinggal kita bagaimana bisa mensinergiskannya ke masalah pola (patern), yaitu pola-pola yang biasa digunakan sehari-hari pada anak muda. Jadi, pola pakaiannya dipadukan dengan design bordir itu sendiri. Ini, perlu ada semacam komunikasi khusus, agar ada pendalaman tentang designnya, ada workshopnya, dan sebaginya. Karena pekerjaan kami sehari-hari di bidang fashion belum memahami betul potensi ragam patern, ragam model yang ada di bordir Tasikmalaya," katanya.

Hal itu tinggal masalah kolaborasi antara pengusaha, pengrajin, designer, dan juga para pakar, karena di pasar, lanjut Tubagus, ada level-levelnya yaitu ada produsen, distributor, agen, dll. "Ya, kita perlu segera ada pembicaraan bersama untuk mengembangkan bordir," katanya.***

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP