Loading...
Senin, 25 September 2017

Sawah Kering Beralih Bantu Bikin Baju Bordir


Kemarau panjang yang terjadi di wilayah Tasikmalaya selatan, sejak beberapa pekan silam, mengakibatkan puluhan hektar sawah nganggur, karena dibiarkan pemiliknya tak ditanami. Salah satu daerah yang ditimpa itu di wilayah Papayan, Kecamatan Sukaraja, KabupatenTasikmalaya, setelah suplai tersendat beberapa bulan ini.

Otomatis penghidupan mereka pun tersendat. Kebayang. Namun, beberapa petani di sana tidak kehilangan mata pencaharian, ada sebagian dari mereka bekerja di pengusaha bordir membuat baju bordir tasikmalaya.

Lumayan. Penghidupan mereka bisa tersambung, sehingga bisa membantu memasarkan hasil produksi bordir.

Area pesawahan di Kecamatan Sukaraja mengering menyusul saluran irigasi juga mengering. Ujang, seorang petani mengaku, terpaksa membiarkan sawahnya tak digarap, setelah kesulitan air sejak tiga bulan ini. Dengan kemarau ini risiko dapurnya harus kembali membeli beras, setelah stok padi hasil panen sebelumnya telah habis.

 Ungkapan senada disampaikan Memed, warga Sukaraja. Malah ia punya  pengalaman dengan kejadian serupa  saat musim kemarau sebelumnya, dengan kerugian cukup besar, memaksakan bertanam, tanaman padi yang ia tanam kemudian mati.

"Dari pengalaman ini membuat saya memilih tak menggarap sawah saat mendapati gelagat musim kemarau seperti saat ini," pungkasnya.

Sambil menunggu hujan agar bisa menggarap sawah, pagi-pagi sekali satu keluarga pergi ke pabrik bordir. Mereka di sana membantu membuatkan baju bordir Tasikmalaya. Dari hasil membuatkan baju bordir, mereka mendapat upah. Lumayan, buat menambah penghasilan keluarga. Bayangkan seandainya mereka tidak mendapatkan mata pencaharian lain, sudah tentu mereka pun akan nganggur selama sawahnya belum bisa ditanam pagi.

Tidak sia-sia mempunyai keterampilan, selain bisa menanam padi, juga terampil membuat baju bordir. Kondisinya kini pun berbeda, kalau sehari-hari mesti berbasah-basahan di dalam lumpur, kini hanya duduk di lantai kering mengerjakan jahitan atau sulaman baju bordir. Ironinya, pemasaran hasil produksi pertanian mesti menunggu waktu tiga bulan, tapi ngamaklun (membuatkan) bordir penghasilannya (upah) bisa diterima hari itu atau seminggu kemudian. 

Prospek produksi baju bordir ini cukup cerah di masa depan, karena dibantu ibu-ibu petani. Sehingga pengusaha bisa leluasa memasarkan baju bordir.***

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP