Loading...
Jumat, 03 November 2017

Baju Bordir Anak Perempuan


Pernah dengar menawarkan barang sambil teriak “sayang anak .. sayang anak”!
Ya! Siapapun orang tua yang tidak sayang sama anaknya. Semua orang tua sudah pasti sayang sama anaknya. Sehingga apapun yang dikehendaki anaknya selalu orang tua mengusahakannya, untuk memenuhi keinginan anak.

Bayangkan, hampir kebanyakan penjual baju anak-anak selalu laris manis. Baik jualan di emper toko, di trotoar, atau di manapun, laku keras jualan baju anak, terutama baju bordir anak perempuan. Para pedagang senantiasa membujuk para orangtua untuk membeli barang dagangannya, hanya semata untuk kesayangan anak-anak mereka.

Saya lupa lagi tahunnya, tapi masih ada dalam ingatan, pada even Tasik Festival di Jalan HZ Mustopa Tasikmalaya beberapa tahun lalu. Waktu itu, saya ikut di stan baju anak dari bahan akrailik yang dijual pengusaha asal Bandung. Sepintas seperti biasa-biasa saja. Karena pengusaha itu memasarkan pakaian, bukan saja baju anak-anak, melainkan juga pakaian buat anak yang sudah menginjak usia dewasa.

Nah, baju anak-anak yang terbuat dari kaos bahan akrailik disimpan di atas satu tempat dan dibiarkan menumpuk. Berbeda dengan penempatan pakaian usia dewasa yang dipasang menggunakan gantungan. Anehnya, justru kaos anak-anak itu diserbu pembeli. Waktu itu, kepikiran mungkin karena harganya murah, sehingga laku dijual.

Yang membelinya juga bukan dari kalangan ibu-ibu pengunjung saja, melainkan juga banyak enci pemilik toko sebelah turut memborongnya. Waw. Si encim rupanya membeli kaos anak-anak untuk dijual kembali. Pintar memang dia. Mungkin pikirnya dari pada jauh-jauh membeli kaos mahal, lebih baik membeli kaos murah yang dekat dengan stan tokonya.

Karena saya hanya ikut meladeni pembeli, dan membungkuskan, jadi tidak tau berapa potong pakaian yang laku terjual malam itu. Esoknya, saya tanya-tanya kepada pengusaha dari Bandung itu berapa omzet yang laku terjual. Ia bilang cukup lumayanlah. Omzet mencapai Rp 25 juta per malam.

Waduh gede amat. Sehingga saya tambah semangat membantu stan pakaian itu untuk menjualkannya di malam ke dua. Oia, padahal omzet penjualan pakaian lainnya tidak sebesar omzet penjualan baju anak-anak.

Itu cerita jualan di stan Tasik Festival di jalan HZ Mustopa beberapa tahun lalu. Tapi, masih di tempat yang sama, hanya bedanya beberapa meter dari lokasi stan tadi, seorang penjual pakaian anak-anak, tetangga saya, laku juga jualan pakaian sejenis. Rupanya mitos sayang anak masih berlaku juga hingga now.

Kali ini, kang Ari rajin berjualan Baju Bordir Anak Perempuan di acara car free day. Ia mengaku penghasilanya lumayan untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarganya.

Melihat kondisi cukup marema penjualan yang dilakukan pedagang kaki lima di arena car free day, pengusaha-pengusaha besar pun ambil bagian. Mereka menggelar jualan pakaian menggunakan mobil-mobil mewah, dan ikut berbaur dengan para pedagang kaki lima.

Bedanya, kalau pedagang kaki lima dipungut iuran Rp 20ribu, tapi para pengusaha besar berani ngasih iuran minimal Rp 50ribu, untuk berjualan di taman kota.

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP