Loading...
Senin, 25 Desember 2017

Mungkin Laki-laki Baik itu Ingin Bilang


Kutipan: "Bila engkau bertanya mengapa aku tidak pernah nulis namamu di halaman facebook, juga kenapa aku tak memposting wajahmu di instagram, jawabannya adalah…
Karena aku ingin nulis nama dan posting wajahmu di buku nikah, bersanding dengan diriku. Gapapa, kan?"

Terinspirasi dengan postingan Aby di atas, saya hanya ingin melengkapi cerita itu dengan pengalaman kebanyakan orang.

Mungkin saja setelah bikin status ia jadian, atau mungkin saja setelah membaca status itu kebetulan orang lain yang malah jadian. Tidak sedikit kebanyakan orang jadian melalui media sosial.

Saya tidak ingin anda berpikir tentang yang bukan-bukan, melainkan fokus pada pakaian yang mereka kenakan. Mungkin saja saat ini mereka tengah mengenakan busana atau pakaian katun, atau satin. Tapi suatu saat pasti akan mengenakan busana bordir, ya toh?.

Saya masih ingat pernah membawakan busana bordir termasuk mukena bordir yang ditaruh di atas nampan yang dikemas cantik. Ada sekitar 20 nampan berhias dan ditanggeuy (ditayang/menating) oleh15 ibu-ibu serta lima orang bapak. Mereka jalan berbanjar secara perlahan menuju tempat perhelatan atau pernikahan.

Pada acara seserahan itu aneka pakaian dan benda berharga ditaruh di atas nampan yang dikemas dengan cantik. Biasannya masing-masing nampan berisi satu pakaian berlainan corak dan jenis.

Ada juga busana sehari-hari, seperangkat alat sholat, selimut yang dikemas berbentuk angsa, dan sepasang sepatu pengantin perempuan. Bahkan tumpukan uang pecahan seratus ribuan yang tersusun rapi disimpan di atas nampan pula.

Nampan berisi uang dengan jumlah jutaan rupiah, termasuk jumlah nampan yang dibawa pihak calon pengantin laki-laki untuk diserahkan kepada calon pengantin perempuan, merupakan salah satu upaya agar meningkatkan brand atau citra pihak calon pengantin laki-laki sebagai kalangan orang berada.

Pernah kebayangkan, calon pengantin dari kalangan selebriti membawa uang tunai puluhan juta rupiah? Tapi kalangan keluarga sedang-sedang saja cukup nanggeuy (nayang) nampan berisi uang satu juta saja. Itu pun kalau ada.

Sebuah foto bagus pernah diunggah teman saya. Foto itu menggambarkan barisan beriringan keluarga calon pengantin lelaki, yang sedang berjalan di atas pematang sawah. Dari jauh kelihatan ibu-ibu membawa beberapa tanggeuyan dan bapak-bapaknya memikul pisang dan hasil produksi pertanian lainnya.

Kebayang ga sih mereka menuju rumah calon pengantin perempuan yang berada diujung kampung, yang harus dilalui melalui pematang sawah.

Inget deh acara seserahan itu masih berlaku hingga sekarang, bagi keluarga nun jauh di pedesaan maupun di perkotaan. Seakan akan pengalaman berharga dalam kehidupan yang ga mungkin terlupakan, dan terjadi hanya sekali dalam hidup.

Kalau misalkan nih Anda akan melangsungkan pernikahan, jangan lupakan upacara adat yang penuh sakral itu.

Tadinya saya ingin bilang, mengikuti upacara adat pernikahan seakan akan acara yang membosankan, tapi itulah tadi karena peristiwa berharga hanya sekali selama hidup, sudah tentu akan diselengarakan.
Seperti apa jadinya kalau ada acara pernikahan, tanpa diwarnai acara super detail.

Saya tidak ingin bilang sama Anda bahwa upacara adat tersebut sangat menyita waktu akad nikah. Saya pun tidak ingin anda berpikir tentang upacara adat pada pernikahan itu tidak penting, justru sangat PENTING.

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP